PEMETAAN KOMPETENSI DASARNo.MATERIKOMPETENSI DASAR1Daulah AbbasiyahMembangun Peradaban Islam


PEMETAAN KOMPETENSI DASAR
No.
MATERI
KOMPETENSI DASAR
1
Daulah Abbasiyah
Membangun 
Peradaban Islam 
1.1 Menghayati semangat perjuangan Islam dari proses
berdirinya Daulah Abbasiyah
1.2 Menghayati nilai-nilai Islam dari perkembangan 
peradaban Islam pada masa Daulah Abbasiyah
2.1 Menjalankan sikap gigih dan sabar dalam 
mewujudkan cita-cita
2.2 Menjalankan sikap produktif dan inovatif dalam 
mengembangkan ilmu pengetahuan
3.1 Menganalisis 
sejarah berdirinya Daulah 
Abbasiyah
3.2 Menganalisis perkembangan peradaban Islam 
pada masa Daulah Abbasiyah
4.1 Menyusun peristiwa-peristiwa penting dari 
proses berdirinya Daulah Abbasiyah
4.2 Menyajikan hasil analisis tentang perkembangan 
peradaban Islam pada masa Daulah Abbasiyah
2
Kejayaan Intelektual 
Ilmuan Dan Ulama 
Islam Daulah 
Abbasiyah
1.3 Menghayati nilai-nilai Islam dari perjuangan tokoh 
ilmuwan muslim Ali bin Rabban at-Tabari, Ibnu 
Sina, ar-Razi (ahli kedokteran), Al-Kindi, Al
-
Gazali, Ibnu Maskawaih (ahli filsafat
), Jabir bin 
Hayyan ahli kimia), Muhammad bin Musa al
-
Khawarizmi (ahli astronomi) dan perannya 
dalam kemajuan peradaban Islam pada masa 
Daulah Abbasiyah
1.4 Menghargai karya ulama muslim sebagai 
khazanah intelektual Islam
2.3 Menjalankan sikap produktif dan inovatif dalam 
mengembangkan ilmu pengetahuan
2.4 Mengamalkan perilaku semangat belajar 
dibidang ilmu agama
3.3 Menganalisis tokoh ilmuwan muslim Ali bin 
Rabban at-Tabari, Ibnu Sina, ar-Razi (ahli 
kedokteran), Al-Kindi, Al-Gazali, Ibnu 
Maskawaih (ahli filsafat), Jabir bin Hayyan ahli 
kimia), Muhammad bin Musa al-Khawarizmi 
(ahli astronomi) dan perannya dalam kemajuan 
peradaban Islam pada masa Daulah Abbasiyah
3.4 Menganalisis peran ulama penyusun 
kutubussitah (ahli hadits), empat imam madzhab 
(ahli fiqih), Imam At-Tabari, Ibnu Katsir (ahli 
tafsir) dan perannya dalam kemajuan peradaban 
Islam pada masa Daulah Abbasiyah
4.3 Mengolah informasi dari biografi dan karya para 
ilmuwan muslim pada masa Daulah Abbasiyah
4.4 Mengidentifikasi karakter para tokoh ilmuwan 
muslim dalam bidang agama pada masa Daulah 
Abbasiyah dan menyajikannya dalam bentuk 
tulisan atau media lain
3
Kemajuan Peradaban 
Islam Masa Daulah 
Ayyubiyah
1.5 Menghargai Perjuangan Islam dari proses 
berdirinya Daulah Ayyubiyah
1.6 Menghayati kewajiban umat Islam untuk 
mengembangkan perdaban 
2.5 Menjalankan sikap sabar dalam menggapai 
prestasi
2.6 Menjalankan perilaku konsisten untuk 
mengembangkan ilmu pengetahuan
3.5 Menganalisis sejarah berdirinya Daulah 
Ayyubiyah
3.6 Menganalisis perkembangan peradaban Islam 
pada masa Daulah Ayyubiyah
4.5 Mengidentifikasi urutan peristiwa sejarah 
berdirinya Daulah Ayyubiyah
4.6 Mengolah informasi tentang kemajuan 
peradaban Islam pada masa Dulah Ayyubiyah
4
Penguasa Besar Dan
Kiprah 
Ilmuan Islam 
Daulah Ayyubiyah
1.7
Menghargai semangat juang yang dimiliki para 
pemimpin Daula
h Ayyubiyah merupakan spirit 
ajaran Islam 
1.8
Menghargai karya Ilmuwan Muslim sebagai 
khazanah intelektual Islam
2.7 Menjalankan sikap tegas dan toleran dalam 
meneladano semangat juang para pemimpin 
Daulah Ayyubiyah
2.8 Menjalankan sikap kritis dan ilmiah di bidang 
ilmu pengetahuan sebagaimana dicontohkan 
ilmuwan muslim pada masa Daulah Ayyubiyah
3.7 Menganalisis semangat juang para pemimpin 
Daulah Ayyubiyah yang terkena (Salahuddin AlAyyubi, Al-Adil dan Al-Kamil) 
3.8 Menganalisis peran ilmuwan muslim pada masa 
Daulah Ayyubiyah dalam kemajuan peradaban 
Islam
4.7 Mengidentifikasi karakter para tokoh yang 
terkenal (Salahuddin Al-Ayyubi, Al-Adil dan 
Al-Kamil) pada masa Daulah Ayyubiyah
4.8 Mengidentifikasi peran ilmuwan dalam 
memajukan peradaban Islam pada masa Daulah 
Ayyubiyah
5
Daulah Mamluk 
Pelanjut Kemajuan 
1.9 Menghayati nilai-nilai positif dari perjuangan 
Daulah Mamluk dalam membangun peradaban
di Mesir.
Kebudayaan Islam
2.9 Mengamalkan sikap berani sebagaimana Daulah 
Mamluk
3.9 Menganalisis sejarah Daulah Mamluk dalam 
membangun peradaban Islam di Mesir
4.9 Mengolah informasi tentang sejarah berdiri dan 
peran Daulah Mamluk dalam membangun 
peradaban Islam di Mesir
Kompetensi Dasar
1.1 Menghayati semangat perjuangan Islam dari proses berdirinya Daulah Abbasiyah.
1.2 Menghayati nilai-nilai Islam dari perkembangan peradaban Islam pada masa 
Daulah Abbasiyah
2.1 Menjalankan sikap gigih dan sabar dalam mewujudkan cita-cita.
2.2 Menjalankan sikap produktif dan inovatif dalam mengembangkan ilmu 
pengetahuan
3.1 Menganalisis sejarah berdirinya Daulah Abbasiyah
3.2 Menganalisis perkembangan peradaban Islam pada masa Daulah Abbasiyah
4.1 Menyusun peristiwa-peristiwa penting dari proses berdirinya Daulah Abbasiyah
4.2 Menyajikan hasil analisis tentang perkembangan peradaban Islam pada masa 
Daulah Abbasiyah
Indikator 
1.1.1 Menunjukan sikap dapat mengambil keteladanan semangat perjuangan Islam dari 
proses berdirinya Daulah Abbasiyah
.
1.1.2 Menunjukkan sikap menghayati nilai
-nilai Islam dari perkembangan peradaban 
Islam masa Daulah Abbasiyah.
2.1.1 Menunjukan sikap gigih dan sabar dalam mewujudkan cita-cita
2.1.2 Mengamalkan sikap produktif dan inovatif dalam mengembangkan ilmu 
pengetahuan.
3.1.1 Mengidentifikas sejarah berdirinya Daulah Abbasiyah
3.1.2 Menyimpulkan perkembangan peradaban Islam pada masa Daulah Abbsiyah 
4.2.1 Menyimpulkan perkembangan peradaban Islam pada masa Daulah Abbasiyah
4.1.1 Menceritakan peristiwa penting proses berdirinya Daulah Abbasiyah
4.1.2 Menganalisis perkembangan peradaban Islam masa Daulah Abbsiyah. 
A. Sejarah Berdirinya Daulah Abbasiyah
Sejarah terbentuknya Daulah Abbasiyah tidak dapat terlepas dari perjalanan sejarah 
Daulah Umayyah. Pada awal terbentuknya, Daulah Umayyah mengalami masa kejayaan. 
Beragam prestasi mampu dicapai pemerintah Daulah Umayyah, keadaan ini berlangsung 
hingga masa pemerintahan khalifah al Walid bin Abdul Malik. Setelah itu, kemunduran 
Daulah Umayyah makin tampak. Sepeninggal khalifah Hisyam bin Abdul Malik, 
kemunduran itu semakin tampak. Kekacauan terjadi dimana-mana, pertikaian internal 
keluarga tak terhindarkan. 
Mari mengamati gambar berikut ini..!
1. Pengamatanku
 
Di tahun 750 M, 
Muhammad bin Ali 
mengajak masyarakat un
tuk 
mendukung gerakannya. 
Ajakan ini 
mengatasnamakan keluarga 
Nabi Muhammad Saw.

NO
PERTANYAAN
1
Apa pengaruh runtuhnya Daulah Umayyah bagi perkembangan peradaban dan 
kebudayaan Islam pada masa itu ?
2
Faktor apa saja yang mendukung berdirinya Daulah Abbasiyah ?
3
Menurut pendapat kalian, bagaimana peran tokoh yang telah berhasil 
mendirikan pemerintahan Daulah Abbasiyah ?
4
Mengapa menjadi pemimpin itu harus berakhlak mulia, tegas, cerdas, berani, 
dan bijaksana?
5
Keteladanan apakah yang dapat kalian ambil dari proses berdirinya Daulah 
Abbasiyah dikaitkan dengan tugas seorang pelajar pada masa kini ? 
terbentuknya Daulah Abbasiyah, mari kita membaca dan memahami materi berikut
a. Faktor Pendukung Terbentuknya Daulah Abbasiyah
Tentunya kalian masih ingat tentang Daulah Umayyah yang berkuasa selama 
90 tahun (660 – 750 M). Sejarawan mencatat cukup banyak kemajuan yang 
dicapai Daulah Umayyah, mulai wilayah kekuasaan yang membentang dari India 
hingga Afrika Utara, sistem administrasi pemerintahan yang tertata dengan rapih, 
penyebaran Islam hingga ke dataran Eropa, hingga kemajuan ilmu pengetahuan. 
Terbentuknya Daulah Abbasiyah disebabkan beberapa faktor pendukung. 
Antara lain :
1. Perpecahan internal keluarga Daulah 
Umayyah dan kekisruhan politik dalam 
negeri.
2. Munculnya gerakan perlawanan terhadap 
pemerintah Daulah Umayah yang 
dilakukan oleh : kelompok Mawali,
kelompok Dahaq bin Qais Asy
-Syaibani, 
dan kelompok Syiah yang menilai tampuk kekuasaan khalifah adalah hak 
keturunan Ali bin Abi Thalib dan ingin menuntut balas atas terbunuhnya Husain 
bin Ali di Karbala. 
3. Perpecahan kelompok suku Arab Utara dan Arab Selatan.
4. Kekecewaan Ulama dan tokoh agama kepada Khalifah Marwan bin Muhammad 
yang dinilai tidak memiliki sikap negarawan yang baik. 
5. Wafatnya Khalifah Marwan bin Muhammad (khalifah terakhir Daulah 
Umayyah) setelah kalah dalam pertempuran di tepi sungai Zab, Irak di tahun 
132 H/750 M. 
 
b. Proses Berdirinya Daulah Abbasiyah
Babak ketiga dalam drama besar politik Islam ditandai dengan berdirinya 
Daulah Abbasiyah, mereka menyebut dirinya dengan Daulah. Menandakan sebuah 
era baru, dan memang benar-benar menjadi era baru. Dinamakan Abbasiyah, 
karena pendiri Daulah ini merupakan keturunan Abbas bin Abdul Muthalib, paman Nabi Muhammad Saw. Daulah Abbasiyah berkuasa dalam rentang waktu 
yang panjang selama 550 tahun (750 – 1258 M). Berpusat di Baghdad, Irak 
sebagai ibu kota, wilayah kekuasaan Daulah Abbasiyah membentang luas meliputi 
Asia Barat, Asia Selatan, Afrika Utara hingga Eropa. 
Lembar sejarah dari proses berdirinya Daulah Abbasiyah tidak terlepas dari 
sosok keluarga Bani Abbas bernama Ali bin Abdullah. Sebagai sepupu Rasulullah 
Saw, ia merasa yang paling berhak menjadi pemimpin setelah Khulafa’ur 
Rasyidin. Ali bin Abdullah melakukan propaganda anti Daulah Umayyah, ia 
mencoba meraih simpati masyarakat luas dengan menamakan gerakan 
propagandanya sebagai keluarga Bani Hasyim. Tetapi sebelum usahanya itu 
terwujud, Ali bin Abdullah wafat di tahun 124 H/742 M.
Ambisi Ali bin Abdullah selanjutnya dilanjukan oleh putranya yaitu 
Muhammad bin Ali. Dalam rangka mewujudkan cita-citanya itu ia menjadikan 
kota Kuffah dan Khurasan sebagai basis gerakan anti Daulah Umayyah. Di kota 
Khurasan Muhammad bin Ali mendapat dukungan dari pemimpin masyarakat 
Khurasan yaitu Abu Muslim al Khurasani. Namun, Muhammad bin Ali lebih dulu 
wafat di tahun 127 H/745 M sebelum cita-citanya meraih kekuasaan terwujud.
Ibrahim bin Muhammad bertekad melanjutkan perjuangan para 
pendahulunya sepeninggal Muhammad bin Ali. Gerakan yang dilakukan Ibrahim 
bin Muhammad mendapat perhatian khusus dari Khalifah Marwan bin 
Muhammad (Khalifah terakhir Daulah Umayyah) dan menganggapnya sebagai 
ancaman negara. Untuk meredam gerakan Ibrahim bin Muhammad, pada tahun 
128 H/746 M Ibrahim bin Muhammad tertangkap oleh pasukan Daulah Umayyah 
dan wafat dalam pengasingan. 
Wafatnya Ibrahim bin Muhammad membuat keluarga Bani Abbas semakin 
gencar melakukan pemberontakan. Dibantu oleh Abu Muslim Al-Khurasani, Abu 
Abbas As-Saffah dan Abu Ja’far Al-Mansyur melakukan penyerangan terhadap 
kota-kota penting Daulah Umayyah dan menguasainya. Keadaan ini membuat 
Khalifah Marwan bin Muhammad tidak bisa berbuat apa-apa hingga ia terkepung 
di kota Damaskus, Syiria. Walaupun ia berhasil melarikan diri ke Yordania dan 
Palestina, Khalifah Marwan bin Muhammad tertangkap di kota Fustat, Mesir dan 
wafat di sana. Dengan wafatnya Khalifah Marwan bin Muhammad, maka 
berakhirlah era pemerintahan Daulah Umayyah. 
Dalam masa konflik itu, ada salah seorang keturunan Daulah 
Umayyah yaitu Abdurrahman bin Mu’awiyah bin Hisyam bin 
Abdul Malik, atau yang lebih dikenal dengan Abdurrahman AdDakhil. Ia berhasil pergi ke Andalusia dan membangun imperium 
kekuasaan Daulah Umayyah ke 2.
Gambar ilustrasi 3 : Sumber ganaislamika.com Abdurrahman Ad-Dakhil 
(Pendiri Daulah Umayyah 2 di Andalusia/Spanyol).
c. Para Penguasa
Daulah Abbasiyah
Daulah Abbasiyah berkuasa 
selama lima setengah abad (132 
– 656 
H / 750 – 1258 M). Dalam masa 
kekuasaannya tersebut ada 37 khalifah 
yang pernah memimpin, mereka telah 
banyak mengukir prestasi dalam 
berbagai bidang seperti, kemajuan di 
bidang administrasi pemerintahan, 
kemajuan bidang ilmu pengetahuan, 
kemajuan bidang politik, kemajuan 
bidang militer, kemajuan bidang ekonomi, arsitektur, dan sebagianya. 
1. Abul Abbas As-Saffah (Abdullah bin Muhammad bin Ali bin Abdullah bin AlAbbas), (750 – 754 M). 
2. Abu Ja’far Al-Mansyur (Abdullah bin Muhammad bin Ali bin Abdullah bin 
Al-Abbas), (754 – 775 M).
3. Al-Mahdi (Muhammad bin Abu Ja’far Al-Mansyur), (775 – 785 M).

4. Musa Al-Hadi (Musa bin Al-Mahdi bin Al-Mansyur), (785 – 786 M).
5. Harun Ar-Rasyid (Harun bin Al-Mahdi bin Al-Mansyur), (786 – 809 M).
6. Al-Amin (Muhammad bin Harun Ar-Rasyid), (809 – 813 M).
7. Al-Ma’mun (Abdullah bin Harun Ar-Rasyid), (813 – 833 M). 
8. Al-Mu’tashim (Muhammad bib Harun Ar-Rasyid), (833 – 842 M).
9. Al Watsiq Billah (Harun bin Al-Mu’tashim bin Ar-Rasyid), (842 – 847 M).
10. Al Mutawakkil ‘Alallah (Ja’far bin Al-Mu’tashim bin Ar-Rasyid), (847 – 861 
M).
11. Al-Muntashir Billah (Muhammad bin Al-Mutawakkil bin Al-Mu’tashim), (861 
– 862 M).
12. Al-Musta’in (Al-Abbas bin Al-Mutawakkil), (862-866 M).
13. Al-Mu’tazz Billah (Muhammad bin Al-Mutawakkil bin Al-Mu’tashim), (866 –
869 M).
14. Al-Muhtadi Billah (Muhammad Al-Watsiq bin Al-Mu’tashim), (869 – 870 M).
15. Al-Mu’tamad ‘Alallah (Ahmad bin Al-Mutawakkil bin Al-Mu’tashim), (870 –
892 M).
16. Al Mu’tadhid Billah 
(Ahmad bin Al
-mUwaffaq Thalhah 
bin Al-Mutawakkil 
bin Al
-Mu’tashim), (892 
– 902 M).
17. Al-Muktafi Billah 
(Ali bin Al
-Mu’tadhid), (902 
– 908 M).
18. Al Muqtadir Billah (Ja’far bin Al-Mu’tadhid), (908 – 932 M).
19. Al-Qahir Billah (Muhammad bin Al-Mu’tadhid), (932 – 934 M).
20. Ar-Radhi Billah (Muhammad bin Al-Muqtadir bin Al-Mu’tadhid), (934 – 940 
M).
21. Al-Muttaqi Lillah (Ibrahim bin Al-Muqtadir bin Al-Mu’tadhid), (940 – 944 M).
22. Al-Mustakfi Billah (Ali bin Al-Mu’tadhid), (944 – 946 M).
23. Al-Muthi’ Lillah (Al-Fadhl bin Al-Muqtadir bin Al-Mu’tadhid), (946 – 974 M).
24. At-Thai’ Lillah (Abdul Karim bin Al-Muthi’ bin Al-Muqtadhid), (974 – 991 M)
25. Al-Qadir Billah (Ahmad bin Ishaq bin Al-Muqtadir), (991 – 1031 M).
26. Al-Qaim Biamirillah (Abdullah bin Al-Qadir Billah), (1031 – 1075 M).
27. Al-Muqtadi Biamirillah (Abdullah bin Muhammad bin Al-Qaim Biamirillah), 
(1075 – 1094 M).
28. Al-Mustazhhir Billah (Ahmad bin Al-Muqtadi Biamirillah), (1094 – 1118 M).
29. Al-Mustarsyid Billah (Al-Fadhl bin Al-Mustazhhir Billah), (1118 – 1135 M). 
30. Al-Rasyid Billah (Mansyur bin Al-Mustazhhir Billah), (1135 – 1136 M). 
e. Keruntuhan Daulah Abbasiyah
Kekhilafahan daulah Abbasiyah tidak dapat lagi mengendalikan dan 
mengawasi jalannya roda pemrintahan daerah di wilayah kekuasaan daulah 
Abbasiyah sepanjang kawasan Mediterania dengan Asia Tengah.
Akibatnya, muncul disintegrasi antara kekuatan-kekuatan sosial dan 
kelompok-kelompok moral. Seiring dengan itu, terjadi kehancuran semangat juang 
bangsa Arab, perbudakkan, kehidupan mewah, minum-minuman keras, nyanyinyaian yang rutin dipertunjukan dilingkungan istnana, merupakan faktor lain yang melemahkan semangat juang dan menghasilkan generasi pewaris takhta yang 
lemah. 
Ada dua faktor penyebab keruntuhan Daulah Abbasiyah, faktor internal dan 
faktor eksternal.
1. Faktor internal lebih banyak berperan sebagai penyebab kehancuran Daulah 
Abbasiyah diantaranya ;
a. Hubbud Dunya (kecintaan yang berlebihan terhadap kemewahan dunia). 
Periode awal Daulah Abbasiyah berkuasa menghasilkan kemakmuran dan 
kemewahan hidup di kalangan penguasa. Kondisi ini mendorong generasi 
khalifah berikutnya untuk hidup lebih mewah dari khalifah sebelumnya, hal 
ini menyebabkan pemborosan uang kas negara. 
b. Konflik keluarga Daulah Abbasiyah yang berujung pada perebutan 
kekuasaan. Pada periode kedua kekhalifahan Daulah Abbasiyah, perebutan 
kekuasaan nampak jelas. Pada periode ini, hanya empat khalifah yang 
meninggal secara wajar. Selebihnya para khalifah ada yang meninggal 
diracun, dibunuh, dan diturunkan paksa. 
c.
Meningkatnya konflik keagamaan. 
Konflik antara kelompok Sunni
-Syiah 
sejak masa khalifah Ali bin Abi Thalib dan Mu’awiyah bin Abi Sufyan tidak 
pernah selesai hin
gga masa Daulah Abbasiyah. 
d. Melemahnya jiwa patriotisme dan Nasionalisme. Daulah Abbasiyah banyak 
memperoleh kemakmuran, sehingga mampu membayar tentara asing dari 
Turki untuk menjaga keamanan dan pertahanan negara. Persoalan ini 
memicu merosotnya jiwa patriotisme dan nasionalisme rakyat Daulah 
Abbasiyah.
2. Faktor eksternal ;
Penyerangan tentara Mongol atas Baghdad (ibu kota Daulah Abbasiyah) 
yang dipimpin oleh Hulagu Khan pada 1258 M, saat itu Daulah Abbasiyah 
dipimpin oleh Al-Mu’tashim Billah. Setelah kota Baghdad hancur dan khalifah 
Daulah Abbasiyah terbunuh, berakhirlah kekuasaan Daulah Abbasiyah. Untuk 
pertama kalinya dalam sejarah, dunia muslim tanpa khalifah yang namanya 
biasa disebut-sebut dalam sholat Jum’at. a. Banyak muncul pemberontakan 
Setelah periode kedua, kekhalifahan Daulah Abbasiyah tidak sekuat 
para pendahulunya. Kebijakan pemerintahan yang tidak berpihak kepada 
rakyat, tingginya pajak yang dibebankan kepada rakyat, mengakibatkan 
banyak daerah-daerah yang memberontak dan memisahkan diri dari 
pemerintah pusat Daulah Abbasiyah. 
b. Dominasi bangsa Turki dan bangsa Persia
Bangsa Turki dan bangsa Persia (Bani Buwaihi) banyak menguasai 
pemerintahan dan mempengaruhi kebijakan khalifah. Segala persoalan 
terkait jalannya roda pemerintahan dikendalikan oleh bangsa Turki dan 
bangsa Persia. Kedudukan khalifah Daulah Abbasiyah benar-benar hanya 
sebatas pemerintahan boneka saja. 
4. Aktivitasku
Ruang Diskusi
 Membentuk
kelompok yang terdiri dari 4
-5 orang di setiap kelompoknya.
 Materi eksperimen/percobaa
n yang akan diberikan kepada peserta didik adalah : 
No.
MATERI DISKUSI
HASIL DISKUSI
1
Buatlah resume tentang 
beberapa faktor pendukung 
berdirinya Daulah Abbasiyah.
2
Siapakah the Founding Fathers
(pendiri) Daulah Abbasiyah ?
3
Tuliskan faktor internal dan 
eksternal yang menjadi 
penyebab keruntuhan Daulah 
Abbasiyah !
4
Seandainya kalian gambarkan 
proses berdirinya Daulah 
Umayyah Abbasiyah dengan 
pemahaman kalian, nilai positif 
apa yang dapat kalian ambil 
dalam kehidupan sehari-hari di 
 Diskusikan dengan kelompok kalian dengan tertib dan saling menghargai pendapat 
temanmu. 
 Sampaikan hasil diskusi kelompok kalian, sementara kelompok lainnya 
mendengarkan dengan seksama.
 Setiap kelompok memberikan komentar tentang kelompoknya dengan kelompok 
lain.
 Beri penilaian kepada kelompok yang paling baik pemaparan dan menjawab 
pertanyaan.
B. KEMAJUAN PERADABAN DAN KEBUDAYAAN ISLAM MASA DAULAH 
ABBASIYAH
Daulah Abbasiyah yang berkuasa selama lima setengah abad, adalah salah satu 
pemerintahan dalam sejarah Islam yang sangat mementingkan usaha perkembangan 
peradaban Islam. Telah banyak prestasi yang ditorehkan oleh Daulah Abbasiyah, dari 
perluasan wilayah, pengembangan ilmu pengetahuan hingga seni bangunan arsitektur.
a. Pengembangan Ilmu Pengetahuan
Periode awal pemerintahan, Daulah Abbasiyah 
memiliki khalifah-khalifah yang memiliki perhatian 
besar terhadap pengembangan ilmu pengetahuan, seperti 
; Khalifah Abu Ja’far Al-Mansyur. Dikenal sebagai 
seorang khalifah yang cinta ilmu pengetahuan, sehingga 
harta dan kekuasaaanya dimanfaatkan untuk 
pengembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan. Pada periode inilah landasan bagi perkembangan ilmu pengetahuan disiapkan. 
Khalifah Abu Ja’far Al-Mansyur secara langsung meminta kepada para ilmuan untuk 
secara serius mengembangkan pengetahuan yang dimilikinya untuk kemaslahatan 
ummat manusia. Kerjasama yang apik antara ilmuan dan pemerintah melahirkan para 
ilmuan muslim dari berbagai disiplin ilmu pengetahuan. Kedokteran, Filsafat, Kimia, 
Botani, Astronomi, Matematika, dan lain-lain. 
Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan ilmu pengetahuan berkembang 
dengan pesat, yaitu ;
1. Terjadinya asimilasi budaya, bahasa, pengetahuan antara bangsa Arab dengan 
bangsa lainnya. 
2. Gerakan penerjemahan berbagai ilmu pengetahuan dari bahasa asalnya ke bahasa 
Arab. Gerakan penerjemahan ini berlangsung sejak Khalifah Abu Ja’far AlMansyur hingga Khalifah Harun Ar-Rasyid. Buku-buku klasik Romawi dan 
Yunani yang terdiri dari berbagai disiplin ilmu filsafat, astronomi, farmasi, dan 
seni budaya dialihbahasakan dalam bahasa Arab. 
3. Pendir
ian pusat studi dan kajian yang diberi nama 
Baitul Hikmah. Tempat ini 
bukan saja hanya menjadi pusat studi orang
-orang di wilayah Baghdad, tapi hampir 
dari seluruh penjuru dunia.
 
 Gambar ilustrasi 6. Suasana Baitul Hikmah. Sumber : mvslim
4. Pembentukan Majelis Munadzarah pada masa Khalifah Abdullah Al-Makmun 
menjadi pusat kajian yang mengupas segala persoalan hukum keagamaan. b. Penertiban Administrasi Pemerintahan
Usaha membangun peradaban emas juga terjadi pada bidang administrasi 
pemerintahan Daulah Abbasiyah. 
 Pengangkatan Wazir (Perdana Menteri) yang bertugas membantu khalifah dalam 
menjalankan roda pemerintahan. Wazir dibantu oleh beberapa departemen ; 
1. Diwanul Kharij ; Departemen Luar Negeri
2. Diwanul Ziman ; Departemen Pengawasan Urusan Negara
3. Diwanul Jundi ; Departemen Pertahanan dan Keamanan
4. Diwanul Akarah ; Departemen Tenaga Kerja dan Pekerjaan Umum
5. Diwanul Rasa’il ; Departemen Pos dan Telekomunikasi. 
 Pengangkatan Ra’isul Kitabah (Sekretaris Negara) yang memimpin Diwanul 
Kitabah (Sekretariat Negara). Dalam menjalankan tugasnya Ra’isul Kitabah 
dibantu oleh lima orang Katib (Sekretaris), yaitu :
1. Katib Rasa’il ; sekretaris bidang persuratan
2. Katib Kharraj ; sekretaris bidang perpajakan dan kas negara
3. Katib Jundi ;
sekretaris bidang kemiliteran, pertahanan dan kemanan
4. Katib Qada ;
sekretaris bidang hukum dan perundang
-undangan
5. Katib Syurtah ;
sekretaris bidang kepolisian dan keamanan sipil
 Pengangkatan kepala daerah untuk menjaga daerah wilayah kekuasaan Daulah 
Abbasiyah yang dipimpin oleh gubernur (Amir). Untuk memudahkan kordinasi 
pemerintah pusat dan daerah, di bawah gubernur dibentuk pemerintah desa 
(Qaryah) yang dipimpin oleh Syaikhul Qaryah (Kepala Desa). 
 Pembentukan Mahkamah Agung, yang menangani beberapa bidang hukum, 
seperti ;
1. Al-Qadi ; mengadili perkara agama, hakimnya disebut Qadi
2. Al-Hisbah ; mengadili perkara umum, baik pidana maupun perdata, hakimnya 
disebut Al-Mustahsib
3. An-Nazar fil Mazalim ; pengadilan tingkat banding setelah dari pengadilan AlQadi atau Al-Hisbah, hakimnya disebut Sahibul Mazalim.
c. Politik dan Militer
 Bidang Politik
Dalam bidang politik Daulah Abbasiyah menjalan hubungan persahabatan yang 
baik dengan negara-negara lain, diantaranya:1. Menjalin kerjasama politik dengan Raja Frank di sebagian wilayah Andalusia 
(Spanyol). Tujuannya adalah, untuk mengantisipasi meluasnya pengaruh Daulah 
Umayyah.
 Gambar ilustrasi 7 ; luas wilayah kekuasaan Daulah Abbasiyah
 Sumber : banjirembun.com
2. Menjalin hubungan dengan Afrikan Barat. Tujuannya adalah, menambah 
kekuatan dan keuasaan Abbasiyah di Baghdad, Irak.
 Bidang Militer
Daulah Abbasiyah pernah mencapai profesionalisme militer yang terjadi pada 
periode pertama dan periode kedua pemerintahannya. Sekitar 100 tahun lamanya 
kebijakan politik d
an militer sepenuhnya mandiri ditangan para khalifah Daulah 
Abbasiyah, tanpa dipengaruhi oleh bangsa manapun. . 
Setidaknya ada empat periode kepemimpinan Daulah Abbasiyah dalam 
mewujudkan kemandirian politik dan militer :
1. Periode pertama (750-847 M), kebijakan militer yang diambil pada periode ini 
merupakan usaha para khalifah dalam memberikan landasan pemerintahan yang 
tangguh dan militer yang kuat. 
2. Periode kedua (847-946 M), periode ini kebijakan politik dan militer Daulah 
Abbasiyah banyak dipengaruhi oleh orang-orang Turki. Hal ini mengakibatkan 
banyak orang Turki yang menduduki posisi penting dalam jabatan militer 
Daulah Abbasiyah. Orang-orang Turki yang banyak menduduki posisi penting 
itu tidak dapat dikendalikan, mereka mampu mengontrol kekuasaan bahkan 
banyak gubernur dan panglima tentara yang menyatakan diri sebagai khalifah. 
Dari sini tanda-tanda perpecahan dalam pemerintahan Daulah Abbasiyah mulai 
tampak. 
3. Periode ketiga (946-1094 M), munculnya kekuatan politik dari Bani Buwaihi 
yang beraliran Syiah. Mereka dapat mengontrol pemerintahan Daulah Abbasiyah, bahkan mampu menekan khalifah Abbasiyah saat itu khalifah AlMustakfi. Agar menjadikan Ahmad Buwaihi sebagai Amirul ‘Umara (Panglima 
Tentara). Sejak saat itu khalifah Daulah Abbasiyah tidak lagi memiliki 
kekuasaan penuh, karena roda pemerintahan dipengaruhi oleh dominasi Bani 
Buwaihi. 
4. Periode keempat (1094-1258 M), pemerintahan Daulah Abbasiyah di bawah 
kendali orang-orang Seljuk dari Turki. Mereka mampu menghilangkan dominasi 
Bani Buawaihi yang berkuasa lama dalam pemerintahan Daulah Abbasiyah. 
Selama periode inilah, Bani Seljuk berhasil mengambil alih kekuasan dan 
jalanya roda pemerintahan dari tangan khalifah. Roda pemerintahan Daulah 
Abbasiyah tidak lagi berada di tangan khalifah yang sah, para khalifah Daulah 
Abbasiyah hanya diperkenankan mengurusi persoalan-persoalan agama. 
Kekhalifahan Daulah Abbasiyah hilang di tahun 1258 M saat tentara Mongol 
yang dipimpin Hulagu Khan memorak-porandakan kota Baghdad sebagai pusat 
pemerintahan Daulah Abbasiyah. 
d. Ekonomi (Perdagangan, Perindustrian dan Pertanian)
Peningkatan taraf hidup masyarakat dalam bidang 
ekonomi masa Daulah Abbasiyah sebenarnya telah 
dimulai saat Khalifah Abu Ja’far Al-Mansyur berkuasa. 
Ia merupakan tokoh utama dari peletak dasar ekonomi 
Daulah Abbasiyah, sikap tegas, adil dan bijaksana 
membawa Daulah Abbasiyah maju dalam berbagai 
bidang. 
 Gambar ilustrasi 8 : koin emas Abbasiyah
 
Sumber ; Wikipedia.org
Kemajuan sektor ekonomi Daulah Abbasiyah pada masa ini disebabkan 
oleh usaha-usaha para khalifah yang mendorong kemajuan dalam sektor 
perdagangan.
 Sektor Perdagangan
Perekonomian masyarakat pada masa Daulah Abbasiyah meningkat saat 
khalifah Al- Mahdi (775-785 M) memerintah. Hubungan luar negeri Daulah 2. Menjalin hubungan dengan Afrikan Barat. Tujuannya adalah, menambah 
kekuatan dan keuasaan Abbasiyah di Baghdad, Irak.
 Bidang Militer
Daulah Abbasiyah pernah mencapai profesionalisme militer yang terjadi pada 
periode pertama dan periode kedua pemerintahannya. Sekitar 100 tahun lamanya 
kebijakan politik d
an militer sepenuhnya mandiri ditangan para khalifah Daulah 
Abbasiyah, tanpa dipengaruhi oleh bangsa manapun. . 
Setidaknya ada empat periode kepemimpinan Daulah Abbasiyah dalam 
mewujudkan kemandirian politik dan militer :
1. Periode pertama (750-847 M), kebijakan militer yang diambil pada periode ini 
merupakan usaha para khalifah dalam memberikan landasan pemerintahan yang 
tangguh dan militer yang kuat. 
2. Periode kedua (847-946 M), periode ini kebijakan politik dan militer Daulah 
Abbasiyah banyak dipengaruhi oleh orang-orang Turki. Hal ini mengakibatkan 
banyak orang Turki yang menduduki posisi penting dalam jabatan militer 
Daulah Abbasiyah. Orang-orang Turki yang banyak menduduki posisi penting 
itu tidak dapat dikendalikan, mereka mampu mengontrol kekuasaan bahkan 
banyak gubernur dan panglima tentara yang menyatakan diri sebagai khalifah. 
Dari sini tanda-tanda perpecahan dalam pemerintahan Daulah Abbasiyah mulai 
tampak. 
3. Periode ketiga (946-1094 M), munculnya kekuatan politik dari Bani Buwaihi 
yang beraliran Syiah. Mereka dapat mengontrol pemerintahan Daulah Abbasiyah, bahkan mampu menekan khalifah Abbasiyah saat itu khalifah AlMustakfi. Agar menjadikan Ahmad Buwaihi sebagai Amirul ‘Umara (Panglima 
Tentara). Sejak saat itu khalifah Daulah Abbasiyah tidak lagi memiliki 
kekuasaan penuh, karena roda pemerintahan dipengaruhi oleh dominasi Bani 
Buwaihi. 
4. Periode keempat (1094-1258 M), pemerintahan Daulah Abbasiyah di bawah 
kendali orang-orang Seljuk dari Turki. Mereka mampu menghilangkan dominasi 
Bani Buawaihi yang berkuasa lama dalam pemerintahan Daulah Abbasiyah. 
Selama periode inilah, Bani Seljuk berhasil mengambil alih kekuasan dan 
jalanya roda pemerintahan dari tangan khalifah. Roda pemerintahan Daulah 
Abbasiyah tidak lagi berada di tangan khalifah yang sah, para khalifah Daulah 
Abbasiyah hanya diperkenankan mengurusi persoalan-persoalan agama. 
Kekhalifahan Daulah Abbasiyah hilang di tahun 1258 M saat tentara Mongol 
yang dipimpin Hulagu Khan memorak-porandakan kota Baghdad sebagai pusat 
pemerintahan Daulah Abbasiyah. 
d. Ekonomi (Perdagangan, Perindustrian dan Pertanian)
Peningkatan taraf hidup masyarakat dalam bidang 
ekonomi masa Daulah Abbasiyah sebenarnya telah 
dimulai saat Khalifah Abu Ja’far Al-Mansyur berkuasa. 
Ia merupakan tokoh utama dari peletak dasar ekonomi 
Daulah Abbasiyah, sikap tegas, adil dan bijaksana 
membawa Daulah Abbasiyah maju dalam berbagai 
bidang. 
 Gambar ilustrasi 8 : koin emas Abbasiyah
 
Sumber ; Wikipedia.org
Kemajuan sektor ekonomi Daulah Abbasiyah pada masa ini disebabkan 
oleh usaha-usaha para khalifah yang mendorong kemajuan dalam sektor 
perdagangan.
 Sektor Perdagangan
Perekonomian masyarakat pada masa Daulah Abbasiyah meningkat saat 
khalifah Al- Mahdi (775-785 M) memerintah. Hubungan luar negeri Daulah Abbasiyah dengan kerajaan-kerajaan lain telah membawa peningkatan 
kesejahteraan masyarakat dan menambah kas negara. 
Kota Basrah menjadi pelabuhan penting, sebagai tempat transit antara 
Timur dan Barat,
banyak mendatangkan kekayaan bagi Abbasiyah. Selain itu, ada juga 
pelabuhan Damaskus dan dermaga Kuffah. Seiring itu, terjadi peningkatan 
pada sektor tambang, pertanian dan industri.
 Sektor Perindustrian 
Khalifah Daulah Abbasiyah memiliki perhatian yang sangat serius dalam 
memenuhi kebutuhan masyarakatnya. Untuk itu, mereka aktif mendorong 
kemajuan sektor perindustrian. Para khalifah menganjurkan masyarakatnya 
untuk berlomba-lomba dalam industri dan pengolahan. 
Banyak kota dibangun untuk pusat perindustrian. kota Basrah menjadi 
pusat industri gelas dan sabun, kota Kuffah merupakan pusat industri tekstil, 
industri pakaian dari sutra bersulam ditempatkan di kota Damaskus yang 
pusat kerajinan sutranya berada di Khazakstan, dan kota Syam menjadi pusat 
industri keramik dan gelas berukir. 
 Sektor Pertanian 
Pembangunan kanal, bendungan, 
irigasi dan 
terusan diperuntukan untuk memenuhi kebutuhan 
petani yang hasilnya mampu meningkatkan 
produktifitas para petani dan kualitas hasil 
panennya. Sebagai contoh, pada masa khalifah 
Harun Ar-Rasyid, istri khalifah, Ratu Zubaidah 
menyaksikan penderitaan rakyat akibat kemarau 
panjang dalam kunjungannya ke Makkah dan 
Madinah. Atas usulan permaisuri, khalifah 
membangun sebuah bendungan dan terusan yang 
Gambar Ilustrasi 9 : Khalifah Harun Al-Rasyid.
 Sumber : Wikipedia.org
dapat mengalirkan air ke ladang-ladang dan untuk kebutuhan hidup para 
petani. Sehingga kehidupan masyarakat di dua kota suci itu sejahtera. Untuk 
mengenang jasa Ratu Zubaidah, bendungan itu diberi nama “Bendungan Zubaidah".e. Seni Budaya
Peradaban Islam dalalm bidang seni budaya, sastra mancapai puncak 
kejayaannya pada masa Daulah Abbasiyah. Kota Baghdad menjadi kota pusat 
studi ilmu, seni dan sastra. Kemajuan ini disebabkan karena proses asimilasi 
(pertemuan budaya) antara bangsa Arab dengan bangsa lainnya. Apalagi setelah 
kegiatan penerjemahan berbagai macam buku dari Yunani, India, Byzantium, dan 
Persia ke dalam bahasa Arab.
Perkembangan peradaban yang dapat diidentifikasi dalam bidang seni budaya 
dan sastra seperti :
 Seni Arsitektur
Seni arsitektur ini sangat digemari oleh para khalifah. Seni arsitektur ini 
sangat berguna untuk keperluan membangun gedung, masjid, istana, 
madrasah, dan kantor pemerintahan. khalifah Abbsiyah tidak segan-segan 
mendatangkan arsitek-arsitek dari Byzantium, Yunani, Persia, dan India untuk 
mendisain bangunan dan mengajarkan seni arsitektur bangunan kepada orang 
Abbasiyah. 
Bukti dari kemajuan pradaban seni arsitektur pada masa Daulah 
Abbasiyah masih dapat ditemukan sampai saat ini dari keindahan gedunggedung istana, masjid, madrasah sebagai
peninggalan Daulah Abbasiyah. 
 Seni Tata Kota 
Seni tata kota dan arsitektur pada masa Daulah Abbasiyah bernilai 
sangat tinggi, banyak bangunan dan kota dibangun dengan teknik tata kota 
yang berseni tinggi. Diantara kota-kota itu adalah :
 Kota Baghdad
 Gambar Ilustrasi 10. Sumber : www.amusingplanet.com 
Baghdad dibangun tahun 763 M pada masa pemerintahan khalifah Abu 
Ja’far Al-Mansyur. Pembangunan kota ini melibatkan 100.000 orang ahli 
bangunan, terdiri dari arsitek, tukang batu, tukang kayu, pemahat, pelukis, dan 
lain-lain yang didatangkan dari Suriah, Iran, Basrah, Mosul, Kuffah, dan 
daerah –daerah yang lainnya. Biaya pembangunan kota ini mencapai 
4.833.000 dirham.
Kota Baghdad dibangun berbentuk bundar sehingga disebut kota bundar 
(Al-Mudawwarah). Dikelilingi dua lapis tembok besar dan tinggi. Bagian 
bawah selebar 50 hasta dan bagian atas 20 hasta, tingginya 90 kaki (27.5 m). 
Di luar tembok dibangun parit yang dalam, yang berfungsi ganda sebagai 
saluran air dan benteng pertahanan. 
Di tengah kota dibangun istana khalifah diberi nama Qashrul Dzahab
(istana emas) yang melambangkan kemegahan dan kejayaan. Di samping 
istana, dibangun pula Masjid Jami’ Al-Mansyur. 
 Kota Samarra
Lima tahun setelah kota Baghdad 
mengalami kemajuan Khalifah Al
-
Mu’tash
im Billah (833-842 M) membangun 
kota Samarra. Di dalam kota ini terdapat 
istana yang indah dan megah, masjid raya, 
taman kota dengan bunga-bunga yang indah, 
dan alun-alun. Untuk memudahkan 
masyarakat memenuhi kebutuhan hidupnya, 
dibangun pula pusat-pusat perbelanjaan dan 
pusat-pusat pelayanan publik. 
Gambar ilustrasi 11. Khalifah Al-Mu’tashim Billah
 Sumber : Gana Islamika
Selain pembangunan di kota-kota tersebut, dua kota suci umat Islam 
Makkah dan Madinah juga tidak terlepas dari sentuhan seni arsitektur para 
penguasaa Daulah Abbasiyah. Terlebih Masjid Al-Haram di Makkah dan 
Masjid Nabawi di Madinah. Menurut tradisi, setiap penguasa muslim pada 
masanya masing-masing turut ambil bagian dalm renovasi dan 
pembangunan dua Masjid suci kebanggaan umat Islam tersebut.
f. Seni Sastra
Dunia sastra mencapai puncak kejayaannya pada 
masa Daulah Abbasiyah. Kota Baghdad merupakan 
pusatnya para penyair dan sastrawan. Bahkan hampir 
seluruh khalifah Abbasiyah menyukai sastra. Berikut 
beberapa penyair dan sastrawan yang terkenal saat itu 
 Abu Athiyah (760 – 841 M)
 Abu Nawas (741 – 794 M)
 Abu Tamam (w 847 M)
Gambar ilustrasi 12: al Mutanabbi
 Sumber ; wikiwand.com
 Al-Buhtury (821 – 900 M)
 Al-Muntanabbi (961 – 967 M)
Kota Baghdad terkenal dengan kisah yang melegenda di kalangan umat Islam 
yaitu cerita tentang 1001 malam (Alfu Lailah Wa Lailah) yang ditulis oleh 
Mubasyir ibnu Fathik. 
5. Analisaku
Tugas Mandiri
 Carilah contoh dari 
kemajuan peradaban Islam yang masa ada disekitarmu. 
 Tulis dan jelaskan cara mengaplikasikan semangat para pemimpin Daulah 
Abbasiyah dalam kegiatamu di Madrasah.
 Tunjukan bukti pelaksanaan nilai-nilai positif dari sikap para pemimpin Daulah 
Abbasiyah di lingkungan rumahmu
No.
ASPEK YANG DINILAI
SKOR
1
Menunjukan secara tepat contoh kemajuan peradaban 
Islam saat ini
0 – 2
2
Menjelaskan secara tepat cara mengaplikasikan semangat 
para pemimpin Daulah Abbasiyah di Madrasah
0 – 3
3
Menunjukkan bukti pelaksanaan nilai-nilai positif dari 
pemimpin Daulah Abbasiyah di lingkungan rumahmu
0 – 3
4
Keruntutan Bahasa
0 – 2
Skor Maksimum
1
Tugas Portopolio
- Buatlah pohon silsilah khalifah-khalifah Bani Abbasiyah di karton dan tempel di 
mading kelas !
- Buatlah peta konsep kemajuan peradaban dan kebudayaan Islam pada masa 
Daulah Abbasiyah
6. Refleksiku
a. Refleksi Pemahamanku
Untuk memperdalam pemahamanmu, ayo jawab pertanyaan di bawah ini !
1. Dapatkah kalian memahami tujuan dan manfaat mengetahui sejarah berdiirnya 
Daulah Abbasiyah ?
2. Dapatkah kalian menentukan penyebab mundurnya pradaban Islam saat ini ?
3. Menurut pendapat kalian, peran apa saja yang dapat dilakukan oleh seorang 
pelajar untuk kemajuan bangsa dan negara saat ini ?
4. Dalam menyikapi semangat perjuangan para khalifah Daulah Abbasiyah, sikap 
yang seharusnya diambil oleh seorang pelajar dalam mencari teman adalah ?
Renunganku
Membaca ayat Al-Qur’an dan hadits, cobalah diamalkan dalam kehidupanmu !
هفَبَيْنَقُلُوبِكُمْفَأَصْبَحْتُم وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلَِّللاهِجَمِيعًا وََلَتَفَره قُواۚوَاذْكُرُوا نِعْمَتََّللاهِعَلَيْكُمْإِذْكُنتُمْأَعْدَاءًفَAl-Qur’an Surat Al-Imran (3) : 103
كُمْتَهْتَدُونَ. بِنِعْمَتِهِإِخْوَانًا وَكُنتُمْعَلَىٰشَفَا حُفْرَةٍم ِنَالنهارِفَأَنقَذَكُم م ِنْهَاۗكَذَٰلِكَيُبَي ِنَُّللاهُلَأَل
ه
كُمْآيَاتِهِلَعَل
“Dan berpegangteguhlah kalian pada tali (agama) Allah seraya berjama’ah, dan janganlah kamu bercerai 
berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliah) bermusuhan, lalu Allah 
mempersatukan hatimu, sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara, sedangkan (ketika itu) 
kamu berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari sana. Demikianlah, Allah 
menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu mendapat petunjuk.”
Imam Ahmad meriwayatkan di dalam Musnadnya dari Abu Sa’id Al-Khudri bahwa 
Rasulullah Saw bersabda : 
عطاؤه املال حثيا
هل السفاح فيكون ا
 خيرج عند انقطاع من الزمان وظهور من الفنت رجل يقال 
“Akan muncul penguasa dari kalangan keluargaku pada suatu zaman yang carut marut 
dan penuh dengan fitnah. Dia disebut As-Saffah. Dia suka memberi harta dengan jumlah 
yang banyak.”
 Daulah Abbasiyah berkuasa selama lima setengah abad. Sejak 750 – 1258 M yang 
wilayahnya kekuasaannya membentang luas dari Asia Barat, Asia Selatan, Afrika 
Utara hingga Eropa. Pada masa inilah peradaban Islam berada pada puncak 
kejayaannya, sejarwan menyebutnya sebagai Golden Age (Tahun Keemasan). 
 Daulah ini disebut Abbasiyah karena pendirinya merupakan keturunan Abbas bin 
Abdul Muthalib (paman Nabi Muhammad Saw). 
 Tokoh utama pendiri Daulah Abbasiyah adalah Ali bin Abdullah, Muhammad bin Ali, 
Ibrahim bin Ali, Abu Abbas As-Saffah, Abu Ja’far Al-Mansyur, Abu Muslim AlKhurasani.
 Walau pendiri sekaligus khalifah pertama Dauah Abbasiyah adalah Abul Abbas AsSaffah, tetapi pemerintahannya sangat singkat. Usaha pembangunan, pengembangan 
dan peletak dasar pemerintahan Daulah Abbasiyah justru dilakukan oleh pelanjutnya, 
yaitu khalifah ke dua Abu Ja’far Al-Mansyur. 
 Keberadaan Daulah Abbasiyah berlangsung selama 550 tahun/lima setengah abad 
(132-656 H/750-1258 M). Selama periode itu pola pemerintahan Daulah Abbasiyah 
berubah-ubah sesuai dengan perubahan politik, sosial, budaya, dan penguasa.
 Dari 37 khalifah Dinasti Bani Abbasiyah, terdapat beberapa orang khalifah yang 
terkenal, di antaranya Abu Ja’far Al-Mansur, Harun Ar-Rasyid dan Abdullah AlMakmun. 
 Al-Mansur merupakan khalifah kedua, merupakan khalifah yang menetapkan dasardasar pemerintahan Daulat Bani Abbas.Masa pemerintahan Abu Ja’far Al-Mansur 
merupakan masa awal perkembangan ilmu pengetahuan yang merupakan cikal bakal 
perkembangan kejayaan Abbasyiah di masa pemerintahan setelahnya. Kota 
Baghdad yang dibangunya menjadi ibu kota Dinasti Abbasiyah dan selain merupakan 
pusat perdagangan juga kebudayaan dan ilmu pengtahuan. Baghdad dianggap 
sebagai kota terpenting di dunia dan menja
di salah satu pusat peradaban dunia.
 Pada masa Khalifah Harun Ar
-Rasyid dan Khalifah Al
-Makmun, peradaban Islam 
mencapai masa keemasan. Kebudayaan India dan Yunani juga telah memberi 
sumbangan yang berarti bagi perkembangan kebudayaan Islam. Kota-kota 
Jundisapur, Harran, dan Iskandariyah adalah pusat-pusat peradaban Yunani sebelum 
Islam. Setelah Islam datang tradisi keilmuwan Yunani terjaga bahkan mengalami 
perkembangan yang semakin pesat. Beberapa sastrawan dan budayawan yang muncul 
pada masa itu adalah Ibnu Maskawaih dan Al-Kindi.
 Al-Mansur, Harun Ar-Rasid dan Al-Makmun merupakan masa-masa keemasan 
peradaban Islam. Para khalifah agung tersebut dikenal sebagai penguasa adil dan 
bijaksana serta memiliki perhatian dan kecintaan yang kuat terhadap ilmu 
pengetahuan. Dukungan dan kegigihan mereka dalam pengembangan ilmu 
pengetahuan dan pengembangan perdaban Islam tercermin dalam berbagai kebijakanUji Kompetensi
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan singkat dan jelas !
1. Apa yang dimaksud dengan Daulah Abbasiyah !
2. Tuliskan khalifah besar daulah Abbasiyah dan jasa-jasanya !
3. Bandingkan keberhasilan para khalifah besar daulah Abbasiyah dalam membawa Islam 
pada puncak kejayaan ! 
4. Sebagai pelajar, keteladanan apa yang dapat diambil dari kemajuan peradaban dan 
kebudayaan Islam masa Daulah Abbasiyah ?
5. Di era digital saat ini, bagaimana sikap seorang muslim/muslimah yang bertaqwa 
menyikapi kemajuan teknologi informasi ?
Kompetensi Dasar
1.3 Menghayati nilai-nilai Islam dari perjuangan tokoh ilmuwan muslim Ali bin Rabban 
at-Tabari, Ibnu Sina, ar-Razi (ahli kedokteran), Al-Kindi, Al-Gazali, Ibnu 
Maskawaih (ahli filsafat), Jabir bin Hayyan ahli kimia), Muhammad bin Musa alKhawarizmi (ahli astronomi) dan perannya dalam kemajuan peradaban Islam pada 
masa Daulah Abbasiyah
1.4 Menghargai karya ulama muslim sebagai khazanah intelektual Islam
2.3 Menjalankan sikap produktif dan inovatif dalam mengembangkan ilmu pengetahuan
2.4 Mengamalkan perilaku semangat belajar dibidang ilmu agama
3.3 Menganalisis tokoh ilmuwan muslim Ali bin Rabban at-Tabari, Ibnu Sina, ar-Razi 
(ahli kedokteran), Al-Kindi, Al-Gazali, Ibnu Maskawaih (ahli filsafat), Jabir bin 
Hayyan ahli kimia), Muhammad bin Musa al-Khawarizmi (ahli astronomi) dan 
perannya dalam kemajuan peradaban Islam pada masa Daulah Abbasiyah
3.4 Menganalisis peran ulama penyusun kutubussitah (ahli hadits), empat imam 
madzhab (ahli fiqih), Imam At
-Tabari, Ibnu Katsir (ahli tafsir) dan perannya dalam 
kemajuan peradab
an Islam pada masa Daulah Abbasiyah
4.3 Mengolah informasi dari biografi dan karya para ilmuwan muslim pada masa Daulah 
Abbasiyah
4.4 Mengidentifikasi karakter para tokoh ilmuwan muslim dalam bidang agama pada 
masa Daulah Abbasiyah dan menyajikannya dalam bentuk tulisan atau media lain
Indikator 
1.3.1 Menunjukan nilai-nilai Islam dari peradaban Islam masa Daulah Abbasiyah.
1.4.1 Mempercayai karya ulama muslim sebagai khazanah intelektual Islam 
2.3.1 Menunjukkan prilaku semangat belajar menjalankan sikap produktif dan inovatif 
dalam mengembangkan ilmu pengetahuan.
2.4.1 Menjalankan perilaku giat menuntut ilmu dan semangat belajar di bidang ilmu 
agama
3.3.1 Menelaah tokoh ilmuan muslim dan perannya dalam kemajuan peradaban Islam 
pada masa Daulah Abbasiyah
3.4.1 Menelaah para ulama dan perannya dalam kemajuan peradaban Islam pada masa 
Daulah Abbasiyah
4.3.1 Menampilkan informasi biografi dan karya ilmuan muslim pada masa Daulah 
Abbasiyah
4.3.2 Menyusun informasi tokoh ulama dan perannya pada masa Daulah Abbasiyah
PETA KONSEP
NILAI KARAKTER YANG DIKEMBANGKAN
RELIGIUS
SEMANGAT BELAJAR
INOVATIF
LEADERSHIP
 CERDAS
MANDIRI
KEJAYAAN 
INTELEKTUAL 
ILMUAN DAN ULAMA 
ISLAM DAULAH 
ABBASIYAH
ILMUAN ISLAM
ULAMA 
ILMU 
KEDOKTERAN
ILMU FILSAFAT
ILMU KIMIA
ILMU 
ASTRONOMI
ULAMA HADITS
ULAMA TAFSIR
A. Ilmuan Muslim Masa Daulah Abbasiyah
Semangat para ilmuan muslim untuk mewujudkan ide-ide cemerlang melalui 
penemuan, karya-karya ilmiah tergambar dari berkembangnya ilmu pengetahuan pada 
masa itu. Kondisi, situasi, dan dukungan penguasa membuat iklim, tradisi dan budaya 
ilmiah melaju begitu cepat. 
Kegiatan penerjemahan manuskrip-manuskrip kuno, buku-buku, literatur tentang 
ilmu pengetahuan yang pada awalnya berbahasa Yunani dan Romawi diterjemahkan 
kedalam bahasa Arab.
1. Pengamatanku
Suasana di dalam Baytul Hikmah, tempat 
ilmuan berkumpul mengkaji dan meneliti.
Gambar ilustrasi 13. 
Sumber : 1001intention
Perhatian serius khalifah Daulah 
Abbasiyah terhadap perkembangan 
ilmu pengetahuan, memberi 
kesempatan luas para ilmuan untuk 
berkarya
 Gambar ilustrasi 14. Sumber : ganaislamika
Semangat para ulama megkaji dan 
melakukan penelitian demi kejayaan 
intelektual Islam.
Gambar ilustrasi 15 : para ulama Daulah 
Abbasiyah Sumber : ganaislamika.com
Berdasarkan pengamatan pada gambar di atas, tentunya muncul dalam imajinasi 
kalian tentang semangat tokoh ilmuan muslim pada masa Daulah Abbasiyah dalam 
memajukan ilmu pengetahuan. Mari bertanya tentang ragam kejayaan intelektual yang 
dimiliki oleh ilmuan Islam pada masa Daulah Abbasiyah. 
No
Pertanyaan
1
Apakah ada ilmuwan Muslim yang ahli di bidang kedokteran?
2
Apakah ada ahli astronomi di antara ilmuwan Muslim?
3
Apakah ilmuwan Muslim mengenal dunia filsafat?
4
Adakah ilmuwan Muslim yang karyanya mempengaruhi kedokteran 
di dunia Barat?
5
Bagaimana caranya agar kita bisa menjadi ilmuwan Muslim?
Daulah Abbasiyah yang berkuasa selama lima setengah abad, adalah salah satu 
pemerintahan dalam sejarah Islam yang sangat mementingkan usaha pengembangan 
intelektual ilmu pengetahuan dan peradaban Islam. Usaha ini mendapat sambutan 
yang sangat baik dari para ilmuan. Bentuk usaha pengembangan ilmu pengetahuan itu 
di antaranya mencari naskah-naskah yang berisi ilmu pengetahuan dan peradaban 
untuk dimiliki kemudian diterjemahkan kedalam bahasa Arab. 
Untuk mengetahui peran ilmuan muslim dan peran besar mereka dalam rangka 
menciptakan kejayaan intelektual Islam, mari membaca teks-teks wawasanku berikut
a. Ilmuan Bidang Kedokteran
Minat orang Arab terhadap ilmu kedokteran diilhami oleh hadits Nabi 
Muhammad Saw yang membagi pengetahuan ke dalam dua kelompok : teologi dan 
kedokteran. Para penulis utama bidang kedokteran itu adalah orang Persia yang 
menulis dalam bahasa Arab: Ali At-Thabari, Al-Razi, dan Ibnu Sina. Gambar dua 
orang di antara mereka, Ar-Razi dan Ibnu Sina, menghiasi ruang besar Fakultas 
Kedokteran di Universitas Prancis. 
 Ali Ibnu Rabban At-Thabari (Dokter Masyhur Abad Klasik)
Ali bin Sahl Rabban At-Thabar lahir tahun 838 M. Pada awalnya seorang 
yang beragama Kristen dari Tabaristan, ia masuk Islam dan menjadi dokter 
pribadi khalifah Al-Mutawakkil. Ayahnya adalah seorang dokter dan penulis 
kaligrafi yang hebat, dan dari ayahnya Ali At-Thabari pertama kali belajar ilmu 
kedokteran. Ali At-Thabari wafat tahun 870 M. 
Ali At-Thabari tidak hanya ahli dalam bidang ilmu kedokteran, ia juga ahli 
astronomi, filsafat, matematika, dan sastra. Ali At-Thabari mahir berbahasa 
Arab dan Yunani, beliau juga terkenal sebagai tokoh ilmuan pertama yang 
menulis ensiklopedia kesehatan 
(Firdaus Al
-Hikmah). 
Salah seorang muridnya 
yang terkenal adalah Zakaria Ar
-Razi.
Karya
-karya Ali At-Thabari di antaranya : 
- Firdaus Al-Hikmah : merupakan ensiklopedia 
kesehatan yang memuat di dalamnya tentang 
obat-obatan dan cabang ilmu kesehatan. Buku 
ini ditulis pada tahun 850 M dan terdiri dari 
tujuh jilid.
- Din Ad-Daulah : sebuah kitab membahas 
tentang agama dan negara.
- Hifzussihhah : sebuah buku yang menjelaskan cara menjaga kesehatan, dan 
masih banyak yang lainnya. 
 Ar-Razi (Penemu Penyakit Cacar Air dan Darah Tinggi)
Nama lengkapnya adalah Abu Bakar Muhammad bin Zakariyya Ar-Razi. 
Dilahirkan di kota Rayy, Thehran, ibukota Iran. Di Baghdad, dikenal sebagai 
kepala dokter di rumah sakit besar yang ia dirikan sendiri.
Ar-Razi juga merupakan penulis paling produktif, semasa hidupnya ia 
menulis tidak kurang dari 200 karya ilmiah. Diantaranya adalah : o Al-Hawi (buku yang komprehensif) : buku ini dianggap sebagai karya utama 
Ar-Razi dalam bidang kedokteran, yang pertama kali diterjemahkan ke 
bahasa Latin oleh seorang dokter Yahudi Sisilia, Faraj bin Salim pada 1279 
M. 
o Al-Judari wal Hasbah : buku ini membahasa tentang penyakit cacar air, 
campa, dan bisul serta dipandang sebagai mahkota dalam literatur ilmu 
kedokteran. Buku ini pertama kali diterjemahkan ke dalam bahasa Latin di 
Vanesia pada tahun 1565 M.
Karya-karya besar Ar-Razi menjadi rujukan utama bagi pengembangan 
ilmu kedokteran di masa-masa mendatang. Buku-buku karya Ar-Razi banyak 
dijumpai di perpustakaan universitas di Eropa, dan digunakan sebagai buku 
rujukan untuk dunia kedokteran di Barat.
Masih banyak lagi karya-karya besar Ar-Razi yang sangat berarti bagi 
perkembangan ilmu kedokteran, di antaranya adalah : 
- Small-pox (penyakit cacar). Ia merupakan sarjana Islam pertama yang 
meneliti penyakit 
ini. Ia lah yang membagi penyakit ini menjadi dua bagian; 
cacar air (
variola
) dan cacar merah (
vougella
). Penemuan ini melambungkan 
namanya dalam dunia kedokteran. 
- Air Raksa (Hg). 
Salah satu penemuan Ar
-Razi yang sangat berguna dalam 
dunia medis. 
- Diagnosa Hypertensi. Ar-Razi adalah seorang dokter yang pertama kali 
melakukan diagnosis terhadap hypertensi (darah tinggi). Metode 
pengobatannya tergolong khas, yaitu dengan pemanasan syaraf. Ia juga 
melakukan pengobatan mirip cara akupuntur yang sudah amat populer saat 
ini. 
 Ibnu Sina (di Barat dikenal dengan nama Aveciena). 
Nama lengkapnya Abu Ali Al-Husayn bin Abdullah bin Ali bin Sina. 
Orang Arab memberinya gelar Syaikhurrais (pemimpin orang terpelajar). Lahir 
pada tahun 980 M, dan wafat tahun 1037 M. dianugrahi dengan kemampuan 
luar biasa untuk menyerap dan memelihara pengetahuan, sarjana Islam dari 
Persia ini membaca buku-buku di perpustakaan besar milik raja dan pada usia 21 tahun menulis buku.
Sebagai dokter, Ibnu Sina lebih suka tindakan preventif daripada kuratif 
dan selalu menguatkan aspek rohani dan jasmani pasien dalam pengobatannya. 
Dalam pandangannya, 
makanan, minuman, 
temperatur, polusi udara, 
limbah, keseimbangan 
pikiran dan gerak tubuh 
mempunyai pengaruh 
terhadap kesehatan 
manusia. Semua yang dikatakan Ibnu Sina terbukti dan menjadi masalah utama 
atas kesehatan manusia saat ini. 
Karya-karya Ibnu Sina dalam bidang ilmu kedokteran antara lain :
- Al-Qanun Fi Thibb : yang artinya “dasar-dasar ilmu kedokteran”. Buku ini 
berabad-abad telah menjadi buku yang menguasai dunia pengobatan di Eropa 
dan menjadi buku sumber kedokteran di Prancis. Di dalam buku ini 
Gambar ilustrasi 15 ; Ibnu Sina (Aveciena). Sumber : Gana Islamika 
menjelaskan tentang pembengkakan pada paru
-paru dan mengenali potensi 
penularan wabah penyakit saluran pernafasan, asma dan TBC melalui 
pernafasan dan penyebaran berbagai penyakit melalui udara dan air. Obat
-
obatan yang disebut dalam buku ini tidak kurang dari 760 macam obat untuk 
beragam penyakit. 
- As-Syifa : berisi tentang cara pengobatan, termasuk tentang pengobatan 
penyakit syaraf. 
b. Ilmuan Filsafat Islam
Filsafat (falsafah) merupakan pengetahuan tentang kebenaran yang dipahami 
oleh akal manusia. Mari kita mengenal tokoh-tokoh ilmuan filsafat Islam berikut  Al-Kindi (Filusuf muslim pertama)
Al-Kindi atau yang bernama lengkap Abu Yusuf Ya’qub bin Ishaq bin 
Sabah Al-Kindi, seorang putra Gubernur yang lahir di Kuffah sekitar tahun 
801 M lalu menetap dan meninggal di Baghdad, Irak pada tahun 873 M. Di 
barat ia dikenal dengan nama Al-Kindus. Ia hidup pada masa pemerintahan 
khalifah Al-Amin, Al-Ma’mun, Al-Mu’tashim, Al-Watsiq, dan AlMutawakkil. Karena merupakan keturunan asli Arab, maka ia memperoleh 
gelar “Filusuf Arab”, dan ia memang merupakan representasi pertama dan 
terakhir dari seorang murid Aristoteles (Filusuf Yunani) di dunia timur yang 
murni keturunan Arab. 
Al-Kindi lebih dari seorang filusuf, ia ahli perbintangan, kimia, ahli mata, 
dan musik. Tidak kurang dari 361 buah karya ilmiah ditulisnya. Namun 
sayangnya kebanyakan dari karya-karnya itu tidak bisa ditemukan. Diantara 
karya filsafatnya adalah “Risalah fi Madkhal al-Mantiq bil Istifa al-Qaul Fih” 
sebuah pengantar lengkap logika. 
Lewat karyanya Al-Kindi berusaha menjelaskan hubungan agama denga
filsafat, ia mengatakan antara filsafat dengan agama tidak ada pertentangan 
dan tidak perlu dipertentangkan, karena keduanya sama
-sama mencari 
kebenaran. Titik temu pada kebenaran inilah yang kemudian menyebabkan 
banyak ilmuan muslim dan lainnya mengkaji pemikiran filsafat YunaniRomawi sehingga filsafat menjadi salah satu hasi dan bentuk pemikiran 
ilmuan muslim yang cemerlang. 
 Al-Ghazali (Hujjatul Islam)
Imam Ghazali memiliki nama 
lengkap Abu Hamid bin 
Muhammad bin Muhammad AlGhazali At-Tusi, bergelar Hujjatul 
Islam yang artinya orang yang 
memiliki kewenangan/otoritas 
atas Islam. Di lahirkan di Thusi,
 Khurasan pada tahun 1059 M dan wafat tahun 1111 M. Guru Imam Ghazali 
adalah Al-Imam Haramain Al-Juwaini, seorang ulama besar dan mengajar di 
Madrasah An-Nidzamiyah, Baghdad, Iraq. 
Imam Ghazali memiliki karakter tekun, rajin, teliti, dan cerdas sehingga 
banyak disiplin ilmu yang dikuasainya. Di antaranya seperti, ilmu kalam, 
fiqih, teologi, filsafat, kimia, matematika dan lain sebagainya.
Imam Ghazali berhasil menulis sekitar dua ratus kitab. Di antara karyanya 
yang masyhur adalah : 
- Tahafutut Falasifah (kerancuan filsafat) : sebuah kitab yang membahas 
tentang filsafat Islam
- Ihya ‘Ulumiddin : kitab tasawuf yang membahas tentang kaidah dan prinsip 
dalam menyucikan jiwa yang membahas tentang penyakit hati, pengobatannya 
dan mendidik hati. Kitab ini merupakan karya yang paling terkenal dari Imam
Ghazali. 
 Ibnu Maskawaih 
Memiliki nama lengkap Abu Ali Ahmad ibnu Muhammad ibnu 
Maskawaih. Lahir di Iran pada tahun 932 M dan wafat tahun 1030 M. Ibnu 
Maskawaih merupakan sosok ilmuan muslim bidang ilmu filsafat akhlaq. 
Menurutnya, akhlaq adalah keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya 
melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pemikiran 
terlebih dahulu.
Selama hidupnya Ibnu Maskawaih banyak 
menghasilkan karya tulis yang sangat luar biasa dan 
mempengaruhi perkembangan ilmu filsafat di 
kemudian hari. Di antara karya-karnya adalah :
Tahzibul Akhlaq Wa Tathirul ‘A’raq : menjelaskan 
tantang cara untuk meraih akhlaq yang stabil dan perilaku yang lurus.Tartib as Sa’adah : menjelaskan tentang politik dan akhlaq
Jawidan Khirad : kumpulan syair-syair mutiara dan bijak. 
c. Ilmuan Kimia 
Setelah ilmu kedokteran, filsafat, astronomi, dan matematika, ilmuan muslim 
dalam bidang kimia memberikan peran besarnya terhadap pradaban Islam masa 
Daulah Abbasiyah. Adalah Jabir bin Hayyan, dikenal sebagai Bapak kimia muslim 
pertama. Dunia barat menyebutnya dengan Geber. 
Jabir bin Hayyan bin Abdullah Kufi, 
dilahirkan di desa Thus-Khurasan kemudian 
menetap di Kuffah sekitar tahun 776 M. Ia 
merupakan tokoh besar dalam bidang ilmu 
kimia pada abad pertengahan. Dalam 
beberapa riwayat Jabir bin Hayyan pernah 
 Gambar ilustrasi 18. Jabir bin Hayyan. 
 Sumber : moslemobsession.com
menimba ilmu kepada putera mahkota Daulah Umayyah Khalid bin Yazid bin 
Muawwiyah dan Imam Ja’far As-Shadiq.
Penguasaannya terhadap ilmu kimia membawanya menjadi seorang ahli kimia 
yang termasyhur di zamannya. Pendapatnya yang terkenal dalam presfektif 
keilmiahannya adalah bahwa logam biasa seperti seng, besi, dan tembaga dapat 
diubah menjadi emas, atau perak dengan formula misterius, yang untuk 
mengetahuinya ia telah banyak menghabiskan waktu. Jabir bin Hayyan juga 
menggambarkan secara ilmiah dua operasi utama kimia: kalnikasi dan reduksi 
kimiawi. Ia memperbaiki beberapa motode penguapan, sublimasi, peleburan, dan 
kristalisasi. 
Buku-buku yang menggambarkan kecerdasan dan penguasaanya terhadap 
ilmu kimia seperti :
- Ar-Rahmah : buku cinta
- Al-Tajmi : buku tentang konsentrasi 
- Al-Zibaq Al-Sayrqi : Air Raksa Timur
d. Ilmuan Astronomi
Di lahirkan di Khawarizm, Uzbekistan pada tahun 
780 M dengan nama lengkap Muhammad bin Musa AKhawarizmi yang kemudian lebih dikenal dengan Al-Khawarizmi. Ia hidup masa 
pemerintahan khalifah Abdullah Al-Ma’mun, sosok khalifah Daulah Abbasiyah 
yang mencintai dan mencurahkan perhatiannya terhadap pengembangan ilmu 
pengetahuan. 
Al-Khawarizmi adalah tokoh utama dalam kajian matematika Arab dan 
observer bidang astronomi. Sebagai seorang pemikir Islam terbesar, ia telah 
mempengaruhi pemikiran dalam bidang matematika melampaui pemikiran ilmuan 
Abad Pertengahan lainnya. 
Peran Al-Khawarizmi terhadap pengembangan ilmu astronomi dan matematika 
sangatlah besar. Ia telah menyusun tabel astronomi tertua, ia juga menulis karya tertua 
tentang aritmatika dan tentang aljabar. Karya aljabarnya itu disebut Al-Mukhtasar Fil 
Hisab Al-Jabar wal Muqabalah.
 Kitab ini memuat tentang : 
- Cara menghitung melalui penjajagan dan jawaban palsu (rules of false 
position/regular-fast). 
- Pengetahuan matematika yang kemudian disebut barisan Fibonacci, yaitu : 1, 2, 
3, 5, 8, 13, 21, 34, 55, 89, 144...dan seterusnya. Dengan pola bilangan ini 
nantinya akan diperoleh suatu segitiga pascal, dengan penjumlahan bilangan 
menurut garis lurus. 
2. Aktivitasku 
a. Penilaian Kompetensi Pengetahuan
Penilaian pengetahuan dilakukan dalam bentuk mengerjakan uji kompetensi 
dengan menjawab pertanyaan berikut ini.
1. Apa pengaruh ilmuan dalam mensejahterakan kehidupan bangsa !
2. Tuliskan peran besar ilmuan muslim bidang kedokteran lewat karya-karyanya 
yang mendunia ! 
3. Tuliskan karya Jabir bin Hayyan dalam dua metode operasi kimiawi yang 
diciptakannya !
4. Tuliskan kiprah Al-Khawarizmi dalam bidang ilmu astronomi !
5. Terangkan tiga perilaku seorang pelajar yang meneladani kegigihan ilmuanilmuan muslim pada masa Daulah Abbasiyah !
B. Para Ulama Daulah Abbasiyah Yang Mendunia
Ilmu pengetahuan paling penting yang muncul dari aktivitas-aktivitas intelektual 
bangsa Arab dan umat Islam yang lahir karena motif keagamaan adalah teologi, hadits, 
fiqih, filologi, dan linguistik. Pengembangan ilmu agama pada masa Daulah Abbasiyah 
juga dikuti munculnya para ulama yang mumpuni dan produktif banyak menghasilkan 
karya ilmiah. 
1. Ulama Hadits (Muhadditsin)
Para ulama yang mengembangkan ilmu hadits pada zaman Daulah Abbasiyah 
sangat banyak, yang paling menonjol diantara mereka ada enam. Mereka merupakan 
pakar hadits yang telah melakukan seleksi ketat terhadap hadits-hadits Nabi 
Muhammad Saw. tujuan dari penyelesian tersebut adalah untuk mengetahui sumber 
hukum yang benar.
Karya-karya dari enam ulama hadits itu disebut dengan Kutubussittah. Para ulama 
hadits tersebut adalah : 
a. Imam Bukhori (194-256 H/810-870 M)
Nama lengkapnya Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin 
Muqirah Al-Ja’fi bin Bardizbah Al-Bukhari, lahir bulan Syawal 194 H di Bukhara, 
Uzbekistan, Asia tengah sehingga dikenal dengan panggilan ‘Al-Bukhari’. 
Imam Bukhari dididik dalam keluarga ulama yang taat beragama. Dalam kitab atsTsiqat, Ibnu Hiban menulis bahwa ayah 
Bukhari dikenal sebagai seorang yang wara’, 
seorang ulama bermazhab Maliki dan murid 
dari Imam Malik, ulama besar dan ahli fiqih. 
Ia wafat ketika Bukhari masih kecil.
Imam Bukhari sudah melakukan 
pengembaraan menuntut ilmu sejak berusia 
sepuluh tahun. Ia pergi ke Balkh, Naisabur, 
Rayy, Baghdad, Bashrah, Kufah, Mekkah 
Mesir, dan Syam. 
Imam Bukhari berguru pada Syekh Ad
-
Dakhili. Ulama ahli Hadist yang mashur di 
Bukhara. Pada usia 16 tahun
ia mengunjungi kota suci Makkah dan M
adinah untuk 
mengikuti kuliah dari para guru besar Hadist. Pada usia 18 tahun dia sudah hafal 
karya Mubarak dan Waki’ bin Jarrah bin Malik. Bersama gurunya Syekh Ishaq, 
menghimpun Hadist-Hadist shahih dalam satu kitab. Dari satu juta Hadist yang 
diriwayatkan 80.000 Rawi disaring menjadi 7.275 Hadist.
Untuk mengumpulkan dan menyeleksi Hadist Sahih, Imam Bukahri
menghabiskan waktu selama 16 tahun mengunjungi berbagai kota untuk menemui 
para Rawi Hadist. Diantara kota-kota yang disinggahinya antara lain Basrah, Mesir, 
Hijaz (Mekkah, Madinah), Kufah, Baqhdad sampai Asia Barat.
Di antara ulama Hadist yang yang termasuk guru Imam Bukahri adalah Alibin al-Madani, Ahmad bin Hambal, Yahya bin Ma’in, Makki bin Ibrahim al-Bakhi, 
dan Muhammad bin Yusuf Al-Baikandhi. Selain itu, banyak ahli Hadist yang
berguru kepadanya, diantaranya Syekh Abu Zahrah, Abu Hatim Tirmidzi, 
Muhammad Ibnu Nazr, dan Imam Muslim. 
Imam Bukhari merupakan ulama Hadist yang banyak menulis kitab-kitab 
Hadist. Kitab-kitabnya menjadi rujukan bagi umat Islam di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Sebagian diantara karya-karya adalah: Sahih Bukhari, al-Adab alMufrad, adh-Dhuafa ash-Shqhir, at- Tarikh as- Shaghir, at- Tharikh al- Aushat. Atthrikh al- Kabir, at-Tafsir al-Kabir, al-Ilal, Raful yadain fi as-Salah, Birrul alWalidain, ad-Dhuafa, al-hibah. Diantara karya-karya tersebut yang termashur 
adalah al-Jami’ al-Musnad ash-Sahih al- Mukhtasar min Umur Rasul Allah was 
Sunanih wa Ayyamih. 
Imam al-Bukhari wafat pada malam Idul Fitri tahun 256 H dalam usia 62 
tahun. Jenazahnya dikuburkan di Khartank, sebuah desa di Samarkand.
b. Imam Muslim (204-261 H/810-870 M)
Nama lengkapnya Imam Abul Husain Muslim bin al-Hajjaj bin Muslim bin 
Kausyaz Al-Qusyairi An- Naisaburi, dilahirkan di Naisabur pada tahun 204 H/810
M. Naisabur, saat itu termasuk wilayah Rusia, yang dalam sejarah Islam dikenal 
dengan sebutan Maa Wara’a an Nahr, daerah-daerah yang terletak di belakang 
Sungai Jihun di Uzbekistan, Asia Tengah.
Naisabur pernah menjadi pusat pemerinta
han dan 
perdagangan kurang lebih 150 tahun pada masa 
Dinasti Samanid. Bahkan, kota Naisabur dikenal juga 
saat itu sebagai salah satu kota ilmu, tempat 
berkumpulnya ulama besar dan pusat peradaban di 
kawasan Asia Tengah.
Imam Muslim sangat menyukai ilmu Hadist. 
Kecerdasan dan ketajaman hafalannya sudah 
ditunjukkan sejak kecil. Pada usia 10 tahun, sering 
datang berguru kepada Imam Ad Dakhili, seorang ahli 
hadits di kotanya. Setahun kemudian, Muslim mulai 
menghafal Hadist dan berani mengoreksi kekeliruan gurunya ketika salah dalam 
periwayatan Hadist. Kecintaannya kepada ilmu Hadist menjadikannya pngembara 
ke berbagai tempat dan untuk mendapatkan silsilah yang benar sebuah Hadist.
Imam Muslim banyak menulis kitab-kitab Hadist, diantaranya yang termashur 
adalah, al-Jami’ ash-Sahih atau dikenal sebagai Shahih Muslim, al-Musnad alKabir , al-Asmah Wal-kun,al-Ilal, al-Qaran, Sualat Ahmad bin Hambal, al-intifa’ 
bi Uhubis-Siba’, Al-Muhadramain, Man laisa lahu Illa Rawin Wahid, kitab 
Auladish-shaba , dan kitab Auham al-Muhaddisin. Selain itu, yang paling mashuradalah ash-Sahih, yang judul lengkapanya adalah al-Musnad as-Shahih alMukhtashar Min as-Sunan bin Naql al-Adl’an Rasul Allah, berisi 3,033 Hadist.
Beliau wafat pada hari Ahad sore, dimakamkan di Nasr Abad, salah satu 
daerah di luar Nisabur, pada hari Senin, 25 Rajab 261 H/5 Mei 875 M, dalam usia 
55 tahun. 
c. Imam Abu Daud (202-275 H/817-889 M)
Nama lengkapnya, Sulaiman bin Al-Asy’as bin Ishaq bin Basyir bin Syidad 
bin ‘Amr Al-Azdi As-Sijistani, dilahirkan pada tahun 202 H/817 M di Sijistan. 
Sejak kecil, Abu Dawud sudah mencintai ilmu dan para ulama. Belum cukup 
dewasa, sudah mengunjungi dan mengelilingi berbagai negeri seperti Hijaz, Syam, 
Mesir, Irak, Jazirah, Sagar, Khurasan dan negeri-negeri lain, untuk belajar Hadist 
dari para ulama. Hadist-Hadist yang diperolehnya disaring dan hasil 
penyaringannya dibukukan dalam kitab As-Sunan. 
Abu Dawud mengunjungi Baghdad berkali-kali untuk
mengajarkan Hadist dan fiqh kepada penduduk dengan 
menggunakan k
itab Sunan sebagai pegangannya. Kitab 
Sunan karyanya itu dipuji oleh Ahmad bin Hanbal, ulama 
fiqh termasyhur dalam empat Imam Madzhab.
Kemudian Abu Dawud menetap di Basrah atas 
permintaan gubernur setempat yang menghendaki supaya 
Basrah menjadi pusat bagi para ilmuwan dan peminat Hadist.
Para ulama yang menjadi guru Imam Abu Dawud sangat banyak jumlahnya, 
diantaranya Ahmad bin Hanbal, Al-Qa’nabi, Abu ‘Amr Ad-Darir, Muslim bin 
Ibrahim, Abdullah bin Raja’, Abu’l Walid At-Tayalisi dan lain-lain. Sebahagian 
dari gurunya ada yang menjadi guru Imam Bukhari dan Imam Muslim, seperti 
Ahmad bin Hanbal, Usman bin Abi Syaibah dan Qutaibah bin Sa’id. Adapun para 
ulama yang menjadi muridnya atau mengambil ilmunya, antara lain Abu ‘Isa AtTirmidzi, Abu Abdur Rahman An-Nasa’i, putranya sendiri Abu Bakar bin Abu 
Dawud, Abu Awanah, Abu Sa’id al-A’rabi, Abu Ali al-Lu’lu’i, Abu Bakar bin 
Dassah, Abu Salim Muhammad bin Sa’id al-Jaldawi dan lain-lain.
Abu Dawud adalah salah seorang ulama besar yang prilakunya wara’, saleh 
dan bijksana. Sifat-sifat mulianya diungkapkan oleh sebahagian ulama dengan menyatakan
Abu Dawud menyerupai Ahmad bin Hanbal dalam perilakunya, ketenangan jiwa 
dan kebagusan pandangannya serta keperibadiannya. Ahmad dalam sifat-sifat ini 
menyerupai Waki’, Waki menyerupai Sufyan as-Sauri, Sufyan menyerupai Mansur, 
Mansur menyerupai Ibrahim An-Nakha’i, Ibrahim menyerupai ‘Alqamah dan ia 
menyerupai Ibnu Mas’ud. Sedangkan Ibnu Mas’ud sendiri menyerupai Nabi SAW 
dalam sifat-sifat tersebut.”
Imam Abu Dawud menulis 
banyak kitab Hadist, antara lain:
Kitab As-Sunnan (Sunan Abu 
Dawud), Kitab Al-Marasil. Kitab AlQadar, An-Nasikh wal-Mansukh, 
Fada’il al-A’mal, Kitab Az-Zuhd. 
Dala’il an-Nubuwah, Ibtida’ al-Wahyu, Ahbar al-Khawarij. Kitabnya yang banyak 
dikenal di kalangan umat muslim Indonesia adalah Kitab As-Sunan Abu Dawud. 
Abu Dawud meninggal di Basrah pada tanggal 16 Syawwal 275 H/889 M. 
d. Imam At
-Tirmidzi (209
-
279 H/824
-
892 M)
Imam Tirmidzi banyak mengarang kitab diantaranya, 
Kitab Alilal, Kitab Asma 
Ash-Shahabah, Kitab Al
-
Asma’ Al
-Kuna
, dan yang terkenal adalah 
Kitab As
-Sunan. 
Dalam bab Hadist Hasan disebutkan
bahwa Sunan At
-Tirmidzi adalah induk Hadist 
Hasan. Dalam kitab tersebut ada empat bagian: pertama bagian yang dipastikan 
kesahihannya, kedua bagian yang mencapai syarat, Abu Daud dan An-Nasai’, ketiga 
bagian yang jelas illatnya, keempat dalam hal yang ia terangkan dalam katanya 
sendiri. ‘’Yang kutakhrijkan dalam kitabku ini adalah Hadist yang telah diamalkan 
oleh sebagian ulama’’.
Diantara keistimewaan kitab As-Sunan adalah yang diisyaratkan oleh Abdullah 
bin Muhammd Al-Anshari dengan ucapan beliau: ‘kitab At-Tirmidzi bagiku lebih 
terang dari pada kitab Al-Bukhari dan Muslim’. Kitab At-Tirmidzi menurutnya 
bisa dicapai oleh setiap orang, baik ahli fiqih ahli Hadist atau ahli yang lainnya. 
Setelah menjalani perjalanan panjang untuk belajar, mencatat, berdiskusi,
bertukar pikiran dan mengarang pada ahir hidupnya dia menderita penyakit buta, 
beberapa tahun lamanya. Dalam keadaan seperti inilah Imam At-Tirmidzi kemudian 
meninggal. Ia wafat di Tirmidzi pada malam Senin, 13 Rajab tahun 279 H/8  okt 872 usia 70 tahun.e. Imam An-Nasa’i (215-303 H/839-915)
Nama lengkapnya Abu Abdurrahman bin Syu’aib bin Ali Ibnu Abi Bakar Ibnu 
Sinan an-Nasai, lahir pada tahun 215 H. Dikenal dengan nama Nasa’i dinisbatkan 
dengan kota Nasa’i , salah satu kota di Khurasan. Imam Nasi’i menerima Hadist 
dari Sa’id, Ishaq bin Rahawahih dan ulama-ulama lain dari tokoh Hadist di 
Khurasan, Hijaz, Irak, Mesir, Syam dan Jazirah Arab. 
Imam Nasa’i terkenal karena ketinggian sanad Hadistnya. Kitab Sunan AnNasa’i mengandung lebih sedikit Hadist Dhaifnya, setelah Hadist Sahih Bukhari 
dan Shahih Muslim. Diantara para gurunya adalah Qutaibah bin Sa’id, Ishaq bin 
Ibrahim, Ishaq bin Rahawaih Al-Harist bin Miskin, Ali bin Kasyram, Imam Abu 
Daud, dan Imam Abu Isa At-Tirmidzi. Adapun ulama-ulama yang pernah berguru 
kepadanya diantaranya: Abu Al-Qasim At-Tabarani (pengarang kitab Mu’jam),
Abu Ja’far At-Thahawi, Al-Hasan bin Al-Khadir As-Suyuti, Muhammad bin 
Muawiyah bin Al-Ahamr An-Dalusi, Abu Naashr Al-Dalaby, dan Abu Bakar bin 
Ahmad As-Sunni. 
Kitab
-kitab Hadist karya Iman An
-
Nasa’i diantaranya: 
As
-Sunan
alKubra
yang 
dikenal dengan 
Sunan An-Nasa’i, As
-
Sunan al-Mujtab
a, Kitab at
-
Tamyiz, 
Kitab 
Adh-Dhu’afa, Khasa’is Ali, Musnad Ali, Musnad Malik
dan 
Manasik al
-
Hajji . 
Imam An-Nasa’i wafat pada tahun 303 H/915 M dan dimakamkan di Bait AlMaqdis, Palestina.
f. Imam Ibnu Majah (209-273 H/824-887 M)
Nama lengkapnya Abu Abdullah Muhammad bin Yazid bin Majah Ar-Rabi’i 
Al-Qazwini. Lebih akrab dipanggil Ibnu Majah. Ibnu Majah terkenal kejujuran dan 
akhlak mulianya. Dilahirkan di Qazwin, Irak pada 209 H/824 M. Sebutan Majah 
dinisbahkan kepada ayahnya, Yazid, yang juga dikenal dengan nama Majah Maula 
Rab’at. Ibnu Majah mulai belajar sejak usia remaja dan menekuni bidang ilmu 
Hadis pada usia 15 tahun kepada seorang guru ternama Ali bin Muhammad AtTanafasi. 
Bakat dan minatnya di bidang Hadis makin besar. Hal inilah yang membuat 
Ibnu Majah berkelana ke beberapa daerah dan negara guna mencari, 
mengumpulkan, dan menulis Hadist. Puluhan negeri telah ia kunjungi, antara lain 
Rayy (Teheran), Basra, Kufah, Baghdad, Khurasan, Suriah, Mesir dan Hijaz. Ia 
menerima Hadist dari para ulama Hadist di tempat-tempat yang dikunjunginya diantaranya dari Abu Bakar bin Abi Syaibah, Muhammad bin Abdullah bin 
Numayr, Hisyam bin Ammar, Ahmad bin Al-Azhar, Basyar bin Adam, dan para 
pengikut perawi dan ahli Hadis, Imam Malik serta Al-Lays.Juga dari Ishaq bin 
Muhammad, Ali bin Ibrahim bin Salamah Al-Qattan, Ahmad bin Ibrahim, dan 
sebagainya. 
Melalui pertemuannya dengan berbagai ulama Hadist di berbagai tempat inilah, 
Ibnu Majah dapat menghimpun dan menulis puluhan bahkan ratusan Hadis dari 
sumber-sumber yang dipercaya kesahihannya. 
Sepanjang hayatnya, Imam Ibnu Majah telah menulis puluhan buku, baik dalam 
bidang Hadist, sejarah, fikih, maupun tafsir. Di bidang tafsir, antara lain menulis 
Tafsir Al-Qur’anul Karim. Di bidang sejarah, At-Tariikh, yang memuat biografi 
para perawi Hadist sejak awal hingga ke masanya. Adapun karyanya yang paling 
monumental dan populer di kalangan Muslim dan literatur klasik adalah kitab di 
bidang Hadist berjudul Kitab Sunan Ibnu Majah. Menurut Muhammad Fuad Abdul 
Baqi, penulis buku Mu’jam Al-Mufahras li Alfaz Alquran (Indeks Alquran), jumlah 
Hadist dalam kitab Sunan Ibnu Majah berjumlah 4.241 buah Hadis. 
Kontribusinya di bidang ilmu
-ilmu Islam itu, khususnya bidang ilmu Hadis, 
banyak mendapat pujian dari para ulama besar lainny
a. Abu Ya’la Al
-Khalili AlQazwini mengatakan, “
Ibnu Majah adalah seorang yang terpercaya, yang 
disepakati tentang kejujurannya, dapat dijadikan pdoman pendapat-pendapatnya. 
Ia mempunyai pengetahuan luas dan banyak menghafal Hadist’. Begitu juga Ibnu 
Katsir, ulama Tafsir termasyhur mengatakan dalam kitabnya, Al-Bidayah: 
“Muhammad bin Yazid (Ibnu Majah) adalah pengarang kitab sunan yang masyhur. 
Kitabnya itu merupakan bukti atas amal dan ilmunya, keluasan pengetahuan dan 
pandangannya, serta kredibilitas dan loyalitasnya kepada Hadis dan usul serta 
furu’.”
Ibnu Majah meninggal pada tanggal 22 Ramadhan 273 H/887 M, di tanah 
kelahirannya, Qazwin, Irak. 
2. Ulama Fiqih (Fuqaha)
Pada masa Daulah Abbasiyah perkembangan ilmu fiqih cukup baik, seiring 
dengan munculnya ulama-ulama mujtahid yang berperan besar dalam menetapkan 
hukum-hukum Islam. Hasil ijtihad itu kemudian dijadikan sebagai pedoman umat 
Islam dalam menentukan hukum terhadap sebuah persoalan agama. 



sesudahnya seperti Malik bin Anas, Imam Syafi’i, Abu Dawud, Bukhari, 
Muslim dan lainnya.
Madzab Hanafi dan fatwa-fatwanya disebarluaskan oleh murid-muridnya 
sehingga tersebar luas dan dikenal sebagai salah satu madzab yang empat. Di 
antara muridnya yang terkenal adalah Muhammad bin Al-Hassan Al-Shaibani, 
guru dari Imam Syafi’i.
Karya-karya yang ditinggalkan oleh Imam Hanafi diantaranya Fiqh 
Akhbar, Al ‘Alim Walmutam dan Musnad Fiqh Akhbar. Dalam menetapkan 
hukum, Imam Hanafi menggunakan metode berdasarkan Al Quran, Sunnah 
Rasul, Fatwa sahabat, Istihsan, Ijma’ dan ‘Urf. 
b. Imam Malik bin Anas (Mufti Madinah, Pendiri Madzhab Maliki)
Nama lengkapnya Malik bin Anas bin Malik bin Abi Amir bin Amr bin AlHaris bin Ghaiman bin Jutsail bin Amr bin Al
-Haris D
zi Ashbah, dilahirkan di 
Madinah al Munawwaroh pada tahun 93 H (
93-179 H/712
-
795 M). 
Imam Malik menerima Hadist dari 900 orang (guru), 300 dari golongan 
Tabi’in dan 600 dari Tabi’ut tabi’in. Imam Malik belajar di Madinah dan menulis 
kitab Al-Muwatta, yang disusun selama 40 tahun, dan telah ditunjukan kepada 70 
ahli Fiqh di kota Madinah. Kitab Al Muwaththa’ berisi 100.000 hadits, yang 
diriwayatkan oleh lebih dari seribu orang dan yang paling masyhur adalah riwayat 
dari Yahya bin Yahyah Al-Laitsi Al-Andalusi Al-Mashmudi.
Karya-karyanya antara lain : 
- Al-Muwattha berisi Hadist-hadist serta pendapat para sahabat dan ulama-ulama 
Tabi’in yang membahas tentang ilmu dan hukum-hukum agama Islam. Kitab ini 
ditulis atas anjuran Khalifah Al-Mansur.
- Al-Ushul As-Saghir
- Risalah fil ‘Aqdiyah
- Risalah fil Qadar 
Imam Malik menyusun mazhabnya atas empat dasar rujukan: Kitab Suci, 
Sunnah Rasul, Ijma’, dan Qias. Pada masanya Imam Malik paling berpengaruh di 













 

















































Postingan Populer